Moshi-moshi minasan, HARAKIRI
merupakan tindakan mengakhiri hidup dengan cara menusukkan pisau atau
samurai ke perut atau jantung yang dilakukan oleh orang jepang yang
masih memegang teguh nilai-nilai tradisional yang telah mengalami
kegagalan dalam menjalankan kewajiban, telah kehilangan kehormatan
akibat melakukan kejahatan dan aib. Bagi orang-orang jepang tidak ada
gunanya lagi melanjutkan hidup apabila sudah kehilangan kehormatan.
Budaya ini juga masih terkait erat dengan kesetiaan dan kepatuhan orang
Jepang kepada kaisar
Harakiri bukanlah sekedar bunuh diri secara begitu saja, melainkan
harus melalui upacara ritual yang jelas dan telah ditentukan sebelumnya.
Mereka melakukan ini bukannya secara dadakan, terkadang mereka
mempersiapkan upacara Harakiri ini seperti juga upacara perkawinan yang
telah dipersiapkan berbulan-bulan sebelumnya.
Sebelumnya
orang melakukan harakiri ia harus mendapatkan seorang pendamping asisten
yang berfungsi sebagai algojo. Sang algojo ini mendapatkan tugas untuk
memancung kepala dari orang yang melakukan harakiri. Masalahnya apabila
seorang melakukan harakiri, pada saat ia mau mati, dilarang mengeluh,
menggerang, mengaduh ataupun memperlihatkan wajah nyeri ataupun takut.
Ia harus mati dengan tabah
dan gagah.
Untuk menghindar
terjadinya hal ini, maka setelah sang pelaku harakiri menusukkan pisau
ke perutnya, maka sang algojo harus segera memancung kepalanya dengan
samurai. Dengan demikian ia bisa mempercepat proses kematian dan tidak
perlu menderita. Asisten pembunuh ini lebih lazim dengan sebutan
Kaishaku-Nin. Ilmu memancung kepala dengan cepat dan baik ini bisa
dipelajari dan disebut Seiza Nanahome Kaishaku.
Para pelaku
harakiri selalu mengenakan baju putih yang melambangkan kebersihan dan
kesucian. Mereka menusuk perutnya dengan menggunakan pisau kecil yang
disebut Wakizashi atau Tanto. Pisau tajam yang berukuran 30 s/d 60 cm.
Pisau tersebut harus dibungkus oleh kertas putih.
Pisau
tersebut ditusukan ke perut; 6 cm dibawah pusar yang disebut Tanden.
Berdasarkan ajaran Zen disitulah letak pusatnya Chi atau letaknya jiwa
manusia. Mereka bukan hanya sekedar menusuk begitu saja; melainkan harus
dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah. Prosedur merobek udel-udel
ini disebut Jumonji-giri agar perutnya bisa benar-benar robek dan
ususnya keluar.
Harakiri bukan dilakukan oleh pria saja
tetapi juga oleh kaum perempuan. Mereka menusukan jarum rambut atau
pisau ke ulu hatinya. Harakiri perempuan ini disebut JIGAI.
0 komentar:
Posting Komentar