5 Tokoh Indonesia yang Diabadikan di Belanda
Tak
hanya di negeri sendiri saja nama-nama berikut di kenang. Nun jauh dei
Barat sana, sederet nama tokoh, pahlawan dan pejuang tanah air
Indonesia, turut pula diabadikan namanya oleh bekas negeri penjajah,
Belanda. Kesemua tokoh tersebut, dipandang pemerintah Belanda, memiliki
andil yang besar dalam perjuangan Indonesia dan berkontribusi besar pula
terhadap negeri Belanda. Tak heran, pengaruh tokoh Indonesia di bawah
ini, diapresiasi dan dihargai dengan menjadikan nama tokoh ini menjadi
nama-nama jalan di Belanda. Berikut kami tampilkan 5 Tokoh Indonesia
yang namanya “Diabadikan” di Belanda:
1. Mohammad Hattastraat
Dr.(H.C.) Drs. H. Mohammad Hatta adalah pejuang, negarawan, dan juga Wakil Presiden Indonesia yang pertama. Ia mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956, karena berselisih dengan Presiden Soekarno. Hatta dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Bandar udara internasional Jakarta menggunakan namanya sebagai penghormatan terhadap jasanya sebagai salah seorang proklamator kemerdekaan Indonesia.
Selain di kenang di Indonesia, nama Mohammad Hatta juga turut diabadikan menjadi nama sebuah ruas jalan di kawasan Haarlem (Mohammed Hattastraat), Belanda. NamaMohammed Hattastraat terpampang
di papan nama jalan di kawasan perumahan Zuiderpolder yang dibangun
pada tahun 1987. Pemberian nama ini ditetapkan oleh pejabat Walikota R.H
Claudius dengan alasan bahwa Hatta merupakan tokoh pergerakan
kemerdekaan Indonesia yang pernah menimba ilmu di Belanda serta
merupakan aktivis Indonesia.
2. R.A Kartinistraat
Raden
Adjeng Kartini atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini
adalah seorang tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini
dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Karenanya Raden
Ajeng Kartini dikenal sebagai pejuang hak perempuan baik di Indonesia
maupun di negeri Belanda. Masyarakat di Belanda umumnya mengenal Kartini
sebagai wanita pejuang hak perempuan yang berasal dari Jawa. Tak heran
jika nama R.A Kartinistraat dapat ditemukan di kota Utrech yang
terletak dikawasan hunian yang ditinggali oleh kalangan menengah.
Selain di kota Utrech, nama Kartini juga terdapat dibeberapa kota
lainnya seperti; di kota Venlo, Amsterdam dan Haarlem.
3. Sjahrirstraat
Sutan
Syahrir adalah seorang politikus dan perdana menteri pertama Indonesia.
Ia menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia dari 14 November 1945
hingga 20 Juni 1947. Syahrir mendirikan Partai Sosialis Indonesia pada
tahun 1948. Ia meninggal dalam pengasingan sebagai tawanan politik dan
dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.
Sebelum
menjadi Perdana Menteri Indonesia, dulu ia pernah menimba ilmu di
Fakultas Hukum Universitas Amsterdam dan kemudian pindah kuliah ke
Leiden School Of Indology. Pergaulan Sjahrir saat itu sangat luas
terutama di kalangan cendikiawan dan aktivis politik Leiden. Hal ini,
mencuatkan nama Syahrir hingga namanya ikut diabadikan sebagai nama
jalan di Kota Leiden (Sjahrirstraat), tempat dimana dirinya menimba ilmu di Belanda.
4. Irawan Soejonostraat
Irawan
Soejono adalah seorang mahasiswa Indonesia yang diakui oleh Belanda
sebagai pahlawan negara tersebut karena perjuangannya melawan Jerman
Nazi di bawah Hitler. Untuk mengenang jasa-jasanya, namanya diabadikan
sebagai nama salah satu ruas jalan di kota Amsterdam (Irawan Soejonostraat).
Pada
masa Perang Dunia II, Irwan Soejono adalah anggota Perhimpunan
Indonesia di Belanda. Ayahnya adalah Adipati Ario Soejono, orang
Indonesia pertama yang menjabat sebagai menteri dalam Kabinet Belanda.
Irawan Soejono gugur ditembak sebagai pejuang perlawanan bawah tanah
Belanda melawan Jerman. Di kalangan pejuang-pejuang perlawanan Belanda
Irawan dikenal dengan nama Henk van de Bevrijding. Ia ditugasi
menangani alat-alat percetakan bawah tanah dan radio untuk menangkap
siaran-siaran Sekutu. Selain itu, ia juga menjadi anggota kelompok
bersenjata perjuangan perlawanan Indonesia.
Irawan Soejono gugur di Leiden pada bulan Januari 1945. Saat itu ia sedang mengangkut sebuah mesin stensil yang digunakan untuk penerbitan perlawanan di bawah tanah. Hal ini diketahui oleh pihak tentara Jerman yang kemudian berusaha menangkapnya. Irawan berusaha meloloskan diri, namun ia ditembak hingga tewas. Setelah gugurnya Irawan Soejono, kelompok bersenjata di bawah tanah Indonesia ini diberi nama Grup Irawan Soejono.
5. Munirstraat
Nama
lengkapnya Munir Said Thalib. Namun banyak orang mengenalnya dengan
nama Munir. Dia adalah pria keturunan Arab yang juga seorang aktivis HAM
Indonesia. Jabatan terakhirnya adalah Direktur Eksekutif Lembaga
Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia Imparsial.
0 komentar:
Posting Komentar